[Jewish War](1.9) Ambisi, Pengkhianatan, dan Kejayaan Antipater

 


  1. Setelah Pompey dan para senator Romawi melarikan diri ke seberang Laut Ionia, Julius Caesar pun mengambil alih kendali atas Roma dan seluruh kekaisaran. Di tengah gelombang kekuasaan itu, ia membebaskan Aristobulus dari penjara—sang mantan raja Yahudi yang selama ini dipenjara oleh Pompey.

Caesar bukan hanya membebaskannya, tetapi juga memberinya dua legiun tentara dan mengutusnya ke Suriah. Harapannya jelas: Aristobulus akan membantu menaklukkan wilayah-wilayah di sekitar Yudea demi Roma.

Namun, harapan tinggal harapan. Musuh-musuh lama Aristobulus, yang masih setia pada Pompey, meracuni dirinya. Tubuhnya yang tak bernyawa tidak langsung mendapat tempat peristirahatan. Ia dibalsem dengan madu, agar tidak membusuk, dan tubuh itu baru dipulangkan ke tanah leluhurnya setelah sekian lama, oleh Antonius. Baru setelah itu ia dimakamkan di makam-makam kerajaan.

  1. Tragedi belum usai. Putra Aristobulus, Alexander, juga menemui ajalnya. Di kota Antiokhia, ia dipenggal oleh Scipio atas perintah Pompey, karena dianggap telah melakukan kejahatan terhadap Roma.

Namun, di tengah kemelut ini, muncullah seorang tokoh lain: Ptolemeus, putra Menneus, penguasa Chalcis di bawah Gunung Libanus. Ia mengirim putranya, Philippio, ke Askalon untuk menjemput saudara-saudara Alexander, termasuk Antigonus dan putri-putri Aristobulus.

Philippio jatuh hati pada si bungsu, lalu menikahinya. Tapi pernikahan itu berujung pada tragedi. Ayahnya sendiri, Ptolemeus, membunuhnya karena pernikahan itu. Aneh bin ajaib, Ptolemeus malah menikahi menantunya sendiri, si putri bungsu bernama Alexandra. Karena cinta pada Alexandra, ia pun mulai memberi perlindungan dan perhatian besar kepada saudara-saudaranya.

  1. Ketika Pompey terbunuh, Antipater—tokoh penting dari Yudea—melihat peluang dan segera beralih pihak, menjalin hubungan erat dengan Julius Caesar.

Saat itu, pasukan Roma di bawah komando Mithridates dari Pergamus sedang kesulitan untuk memasuki Mesir. Jalur ke Pelusium diblokir, dan mereka tertahan di Askalon. Di sinilah peran Antipater bersinar.

Ia membujuk bangsa Arab yang tinggal di sekitar Askalon untuk bergabung, dan membawa tiga ribu pasukan sendiri untuk memperkuat barisan Roma. Ia juga mengajak para penguasa Suriah, orang-orang Libanus, termasuk dua penguasa bernama Ptolemeus dan Yamblikus, untuk bergabung dalam perang.

Berkat kekuatan gabungan itu, pasukan Mithridates mulai percaya diri dan bergerak maju ke Pelusium. Saat kota itu menolak memberi jalan, mereka mengepungnya. Dan di tengah pengepungan itulah, Antipater menunjukkan keberaniannya—ia menghancurkan bagian tembok, melompat masuk lebih dulu, dan membuka jalan bagi pasukannya.

  1. Pelusium akhirnya jatuh. Tapi belum selesai di situ. Ketika mereka maju ke daerah-daerah lain, orang-orang Yahudi Mesir yang tinggal di wilayah Onias mencoba menghentikan mereka. 

Sekali lagi, Antipater menggunakan kepandaiannya. Ia membujuk mereka, dan bukan hanya menghentikan perlawanan, tetapi juga membuat mereka membantu menyediakan makanan bagi pasukan Roma.

Berita ini menyebar cepat, dan bahkan penduduk Memphis pun tak berani melawan. Mereka malah bergabung.

Pasukan terus bergerak, dan ketika mereka tiba di sebuah lokasi yang dikenal sebagai “Perkemahan Yahudi”, pertempuran besar pun meletus. Sayap kanan pasukan Mithridates hampir hancur—namun Antipater datang dari sayap kiri, setelah menang di sana, dan memukul mundur musuh. Ia menyerang balik, membunuh banyak tentara musuh, dan bahkan merebut perkemahan mereka.

Korban dari pihak Antipater hanya sekitar 80 orang, sedangkan Mithridates kehilangan hingga 800 orang. Namun kemenangan diraih, dan Mithridates pun selamat berkat bantuan yang sangat luar biasa dari Antipater.

  1. Setelah kemenangan itu, Caesar semakin percaya pada Antipater. Ia memuji keberaniannya, dan mendorongnya untuk terus ikut dalam misi-misi berbahaya.

Antipater tak pernah mundur. Ia bertempur dengan gagah, tubuhnya penuh luka sebagai bukti keberanian.

Setelah urusan di Mesir selesai dan Caesar kembali ke Suriah, ia memberi penghormatan besar bagi Antipater: menjadikannya warga negara Romawi, membebaskannya dari pajak, dan mengakui persahabatan mereka secara resmi.

Atas permintaan Caesar pula, Hyrcanus dikukuhkan kembali sebagai Imam Besar di Yudea. Semua ini terjadi karena keberanian dan kesetiaan Antipater.


balik ke Daftar isi

Catatan: Anda sedang membaca cerita sejarah Perang Yahudi yg ditulis oleh: Flavius Josephus seorang sejarawan yang hidup di abad pertama Masehi (sekitar 37–100 M). Ia dikenal karena menulis karya-karya penting yang merekam sejarah Yahudi dan Rowawi, terutama yg sedang Anda baca ini: "The Jewish War" (Perang Yahudi) – tentang pemberontakan Yahudi melawan Romawi (66–73 M), termasuk kehancuran Bait Suci di Yerusalem oleh Jenderal Titus.

Komentar

Terpopuler

[Jewish War](0.0) Perang Yahudi - Sejarah Kehancuran Yerusalem

[Jewish War](1.22) Pembunuhan Aristobulus dan Hyrcanus, Juga Tentang Mariamne Sang Ratu

[Jewish War](1.21) Kota-Kota Megah, Kemewahan Tanpa Batas, dan Kebesaran Herodes