[Cleopatra](2) Dinasti Ptolemaik - Kisah Kekuasaan, Intrik, dan Kekejaman Mesir Kuno

 


  1. Dinasti Ptolemeus, yang kelak memerintah Mesir selama hampir tiga abad, dimulai setelah kematian Alexander Agung. Pendiri dinasti ini adalah seorang jenderal Makedonia bernama Ptolemeus, putra Arsinoë. Ibunya adalah wanita kesayangan Raja Filipus dari Makedonia, ayah Alexander. Walaupun secara resmi ia dianggap sebagai putra seorang bangsawan istana bernama Lagus, namun sejak kecil Ptolemeus diperlakukan dengan penuh kasih sayang di istana, seakan ia benar-benar anak raja. Seiring tumbuh dewasa, ia pun mendapat jabatan penting dengan kekuasaan yang besar.

  2. Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mudah. Suatu ketika, muncul sebuah rencana pernikahan politik yang melibatkan saudara tiri Alexander, Aridaeus. Gubernur Karia, sebuah provinsi di Asia Kecil, ingin menikahkan putrinya dengan Aridaeus. Ibu Alexander, yang sangat ambisius, merasa cemas bahwa hal itu bisa mengancam masa depan putranya. Maka ia menyusun rencana: putrinya itu sebaiknya dinikahkan dengan Alexander, bukan Aridaeus. Alexander setuju, dan Ptolemeus termasuk orang yang membantunya.

  3. Sayangnya, rencana ini terbongkar. Filipus sangat murka. Ia menghina Alexander karena dianggap rendah diri ingin menikahi putri seorang gubernur Persia, yang ia anggap hanyalah budak dari bangsa barbar. Alexander pun dimarahi habis-habisan. Rencana gagal, dan para pendukungnya—termasuk Ptolemeus—dibuang dari kerajaan. Sejak itu, Ptolemeus hidup dalam pengasingan sampai akhirnya Filipus terbunuh, dan Alexander naik tahta sebagai raja Makedonia.

  4. Alexander segera memanggil kembali Ptolemeus, dan menjadikannya salah satu jenderal utamanya. Dalam penaklukan Persia, Ptolemeus memimpin salah satu dari tiga divisi besar pasukan. Ia sering diberi misi sulit, namun selalu berhasil: menaklukkan pasukan, merebut benteng, menandatangani perjanjian, bahkan menyelamatkan nyawa Alexander dari sebuah konspirasi. Suatu kali, Ptolemeus terluka panah beracun dan nyaris mati. Namun Alexander bermimpi tentang penawar ajaib, lalu diberikan kepadanya—dan Ptolemeus selamat. Hubungan mereka semakin erat.

  5. Di Susa, ketika kemenangan besar Alexander dirayakan, Ptolemeus mendapat kehormatan besar. Ia dianugerahi mahkota emas, dan dinikahkan secara megah dengan Artacama, putri seorang jenderal Persia. Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Alexander meninggal secara tiba-tiba di Babilonia setelah pesta minum. Karena tak punya pewaris yang cukup dewasa, kerajaannya dibagi-bagi di antara para jenderal. Ptolemeus mendapat Mesir. Dengan pasukan besar dan banyak pengikut Yunani, ia berangkat ke Alexandria dan mendirikan pemerintahan yang bertahan selama empat puluh tahun.

  6. Di bawah Ptolemeus, Mesir menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan dunia. Ia menjadikan Alexandria sebagai kota Yunani yang megah, mengundang filsuf, penyair, dan seniman dari berbagai negeri. Ia mendirikan Perpustakaan Alexandria, yang kelak terkenal sebagai salah satu koleksi buku terbesar sepanjang sejarah. Mesir yang dulu tertutup kini terbuka ke dunia, menjadi pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan internasional.

  7. Meski begitu, pemerintahannya tidak selalu damai. Hampir sepanjang hidupnya ia berperang, baik untuk memperluas wilayah maupun melindungi diri dari musuh. Namun pada akhirnya, ia berhasil membangun kerajaan yang kuat. Di usia delapan puluh tahun, ia turun tahta demi putra bungsunya, Ptolemeus Philadelphus, karena anak inilah yang paling ia cintai. Penobatan Philadelphus berlangsung sangat megah, dan dua tahun kemudian sang pendiri dinasti wafat. Ia dikenang sebagai Ptolemeus Soter, sang penyelamat, dan dimakamkan dengan penghormatan layaknya seorang dewa.

  8. Namun, generasi setelahnya tidak sebaik dirinya. Para penerusnya tenggelam dalam kemewahan, nafsu, dan kekejaman. Yang paling mengerikan adalah kebiasaan mereka melakukan pernikahan sedarah—inses—antara saudara kandung demi mempertahankan kekuasaan. Inilah awal kehancuran moral keluarga kerajaan ini.

  9. Contoh yang paling terkenal adalah Ptolemeus Physcon, kakek buyut Cleopatra (bukan Cleopatra Ratu Mesir yg terkenal itu). Julukan Physcon berarti “Si Gendut”, karena tubuhnya gemuk dan buruk rupa akibat kerakusannya. Awalnya ia menikahi saudara perempuannya, Cleopatra, janda dari raja sebelumnya. Tapi tragedi mengerikan segera terjadi. Anak lelaki Cleopatra, yang seharusnya jadi pewaris tahta, dibunuh oleh Physcon sendiri—tepat di pelukan ibunya!

  10. Seolah belum cukup, Physcon lalu jatuh cinta kepada keponakannya sendiri—putri muda dan cantik dari Cleopatra. Gadis itu muak dan ketakutan, tapi tak berdaya. Physcon menceraikan ibunya, dan memaksa putrinya sendiri menjadi istrinya. Dari sini, kebiadaban Physcon semakin tak terbendung. Ia memperlakukan rakyat dengan kejam, hingga akhirnya rakyat Alexandria memberontak dan membakar istananya. Physcon melarikan diri ke Siprus, meninggalkan Mesir dalam kekacauan.

  11. Namun, kebiadaban puncaknya terjadi saat ulang tahun Cleopatra, istrinya yang dulu. Di tengah pesta meriah, sebuah kotak besar dihadiahkan kepadanya. Dengan penuh penasaran, ia membuka kotak itu. Betapa ngerinya, ternyata isinya adalah tubuh anaknya yang terpotong-potong, hanya kepalanya dibiarkan utuh agar ibunya bisa mengenalinya. Hadiah ulang tahun paling kejam yang pernah tercatat dalam sejarah. Tangisan memilukan mengguncang istana. Itulah balas dendam Physcon.

  12. Sejarah Physcon hanyalah satu contoh. Nyatanya, dari generasi ke generasi, keluarga ini dipenuhi intrik, pengkhianatan, dan pertumpahan darah. Bahkan Cleopatra yang lain, ibu dari Auletes—ayah Cleopatra Agung—terkenal kejam pada putra-putranya sendiri. Ia memaksa putra sulungnya, Lathyrus, meninggalkan istrinya, lalu menjebaknya dalam pertengkaran tanpa akhir. Akhirnya, Lathyrus terusir dari negeri sendiri, dan peperangan antara ibu dan anak pun pecah dengan kejam.

  13. Bahkan ketika berhadapan dengan anak bungsunya, Alexander, sang ibu tetap menunjukkan tirani. Alexander yang tak tahan akhirnya membunuh ibunya sendiri untuk menyelamatkan diri. Ia pun melarikan diri, sementara Lathyrus kembali ke tahta. Dari garis keturunan inilah lahir Ptolemeus Auletes, ayah dari Cleopatra yang kelak mengguncang dunia Romawi.

  14. Bahkan di antara putri-putri keluarga ini, tidak ada kasih sayang. Contoh paling kejam adalah kisah dua saudari: Tryphena dan Cleopatra (ini masih bukan Cleopatra yang terkenal itu yahh, ada banyak nama cleopatra). Mereka menikah dengan dua pangeran Suriah yang saling bermusuhan. Tryphena membenci saudara perempuannya begitu dalam, hingga saat perang pecah, ia memaksa suaminya menyerang Antiokhia, tempat saudarinya berlindung. Cleopatra berlari ke kuil untuk mencari perlindungan, namun Tryphena memerintahkan prajurit mendobrak pintu kuil, memotong tangannya, lalu membunuhnya dengan kejam di altar suci.

  15. Demikianlah, sejarah keluarga Ptolemeus penuh dengan drama yang tak terbayangkan: cinta terlarang, pengkhianatan, perang saudara, hingga pembunuhan brutal di dalam keluarga sendiri. Namun ironisnya, di balik semua kekejaman itu, pemerintahan Ptolemeus justru dikenal sebagai salah satu yang paling makmur dan tercerahkan di dunia kuno. Mesir di bawah mereka menjadi pusat ilmu pengetahuan, perdagangan, dan kebudayaan dunia.


balik ke Daftar isi

Catatan:
Anda sedang membaca cerita sejarah "Cleopatra"
Diadaptasi dari buku "Cleopatra" karya Jacob Abbott (1803–1879), public domain.
Versi terjemahan dan penyusunan ulang dilakukan agar lebih mudah dipahami pembaca.

Komentar

Terpopuler

[Jewish War](0.0) Perang Yahudi - Sejarah Kehancuran Yerusalem

[Jewish War](1.22) Pembunuhan Aristobulus dan Hyrcanus, Juga Tentang Mariamne Sang Ratu

[Jewish War](1.21) Kota-Kota Megah, Kemewahan Tanpa Batas, dan Kebesaran Herodes