[Cleopatra](12) Kejatuhan Ratu NIL - Akhir Yang Mengejutkan dari Cleopatra (Tamat)
Kisah ini bermula setelah Antony kalah dalam perang Actium. Cleopatra, sang ratu Mesir, tampak terjebak dalam kebingungan. Ia tahu bahwa kekuasaan Roma semakin mendekat, dan masa kejayaannya kian rapuh. Namun, di balik itu, Cleopatra masih menyimpan harapan, walau tipis, untuk mempertahankan tahtanya. Ia mengirim utusan kepada Octavianus, yang kini menjadi penguasa Roma paling kuat, untuk berunding. Tetapi di hatinya, Cleopatra masih penuh keraguan. Apakah ia bisa menyelamatkan dirinya dan kerajaan Mesir?
Cleopatra lalu menguji kesetiaan Octavianus dengan memberikan mahkota emas, tongkat kerajaan, dan hadiah-hadiah berharga lain. Semua itu ia lakukan demi merayu sang penguasa baru Roma. Namun Octavianus bukanlah Antony yang mudah dipikat oleh kecantikan Cleopatra. Ia menanggapi semua hadiah itu dengan dingin, hanya dengan senyuman tipis, seolah berkata: “Aku menerima, tapi jangan berharap lebih.”
Di sisi lain, Antony benar-benar hancur. Kekalahannya membuat harga dirinya runtuh. Ia mengurung diri, menolak makan, bahkan menolak berbicara dengan orang-orang terdekatnya. Cleopatra, yang biasanya mampu menenangkan Antony, kali ini juga tidak bisa berbuat apa-apa. Antony semakin larut dalam kesedihan, dan Cleopatra pun mulai merasa putus asa.
Namun, seperti cahaya samar di kegelapan, kabar mengejutkan datang. Seorang utusan Cleopatra kembali dari Roma, membawa pesan dari Octavianus. Dalam pesan itu, Octavianus seakan memberi harapan bahwa Cleopatra bisa tetap hidup, bahkan mungkin tetap memimpin Mesir — asal ia mau menyerahkan Antony. Ini membuat hati Cleopatra guncang. Antara cintanya pada Antony dan ambisinya mempertahankan kekuasaan, Cleopatra berada di persimpangan jalan.
Untuk menguji kebenaran janji itu, Cleopatra diam-diam mengunci pintu istananya dan menyembunyikan diri, seakan sudah bunuh diri. Ketika kabar itu sampai ke telinga Antony, ia merasa seluruh dunianya runtuh. Tanpa pikir panjang, Antony menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri. Luka itu parah, tetapi ia belum mati. Dalam keadaan sekarat, ia masih memikirkan Cleopatra.
Ketika Cleopatra mengetahui hal itu, ia segera memerintahkan para pelayannya untuk membawa Antony kepadanya. Karena pintu istana terkunci rapat, mereka harus mengangkat Antony lewat jendela, dengan seutas tali. Betapa memilukan saat Cleopatra memeluk tubuh Antony yang berlumuran darah. Di pangkuannya, Antony menghembuskan napas terakhir, sambil berbisik lemah bahwa cintanya untuk Cleopatra tidak akan pernah padam.
Kesedihan Cleopatra tak terbendung. Ia menangis, merobek pakaiannya, dan berulang kali berusaha melukai dirinya sendiri. Namun, para pelayannya mencegahnya. Ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa Octavianus segera tiba di Alexandria. Cleopatra tahu, ia tidak punya banyak waktu.
Octavianus akhirnya memasuki istana. Cleopatra muncul di hadapannya, bukan sebagai ratu angkuh, melainkan sebagai wanita yang sudah kehilangan segalanya. Namun ia tetap tampil anggun: bermahkota emas, mengenakan pakaian kebesaran, dan duduk di atas singgasana. Ia ingin memperlihatkan bahwa meskipun kalah, ia tetap seorang ratu. Dengan suara bergetar, Cleopatra memohon belas kasihan kepada Octavianus.
Octavianus menanggapinya dengan dingin namun penuh perhitungan. Ia berjanji tidak akan membunuh Cleopatra, melainkan akan membawanya ke Roma. Di sana, Cleopatra akan dijadikan tontonan dalam parade kemenangan Octavianus. Mendengar itu, hati Cleopatra benar-benar hancur. Ia lebih memilih mati terhormat sebagai ratu, daripada dipermalukan sebagai tawanan.
Cleopatra lalu menyusun rencana terakhirnya. Diam-diam, ia meminta sebuah keranjang berisi buah ara dibawa ke kamarnya. Namun di balik buah-buah itu tersembunyi seekor ular berbisa yang mematikan. Dengan tenang, Cleopatra mengenakan pakaian kebesarannya sekali lagi, lalu berbaring di ranjang emasnya. Ia mengangkat ular itu, dan membiarkannya menggigit lengannya.
Racun ular menjalar cepat ke tubuhnya. Cleopatra tetap tenang, wajahnya seakan damai, seolah ia memilih kematian dengan martabat. Tak lama kemudian, nyawanya melayang, meninggalkan dunia ini dengan cara yang abadi dalam sejarah.
Ketika Octavianus mendengar kabar kematian Cleopatra, ia terkejut sekaligus kagum. Ia tidak berhasil membawa Cleopatra hidup-hidup ke Roma, tapi ia juga tidak bisa menolak rasa hormat pada keberanian sang ratu. Dengan kematian Cleopatra, berakhirlah dinasti Ptolemaic yang sudah memerintah Mesir selama hampir tiga abad. Mesir pun jatuh sepenuhnya ke tangan Roma.
✨ Inilah akhir dari kisah Cleopatra, sang ratu yang memesona, yang mampu menaklukkan hati dua pria paling berkuasa di Romawi, Julius Caesar dan Mark Antony. Namun pada akhirnya, ia kalah oleh nasib dan ambisi Roma. Kejatuhannya bukan sekadar akhir hidup seorang wanita, melainkan akhir dari sebuah era.
.jpg)
Komentar
Posting Komentar