[Jewish War](1.18) Perebutan Yerusalem dan Kematian Antigonus, serta Ketamakan Cleopatra yang Tak Terpuaskan
Perebutan Yerusalem dan Kematian Antigonus, serta Ketamakan Cleopatra yang Tak Terpuaskan
Kota Yerusalem sedang berada di ujung tanduk. Di tengah pengepungan besar, penduduk Yahudi terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok religius yang pasrah, mengira bahwa kematian adalah jalan terbaik menuju surga — merekalah yang paling lemah, dan justru yang paling cepat menemui ajal. Tapi ada juga yang lebih keras dan pemberani: mereka merampok, menggeledah rumah-rumah, dan menjarah desa-desa di luar kota demi bertahan hidup. Mereka bahkan berani menyerang tentara Romawi yang mencoba membangun tanggul dan alat pengepungan, dan punya cara licik: menggali terowongan bawah tanah untuk menyerbu tiba-tiba! Meski kelaparan melanda, mereka tak menyerah. Dengan tekad membara, mereka bertahan selama lima bulan penuh. Tapi akhirnya, para prajurit terbaik Herodes dan Sosius berhasil menembus tembok kota, mulai dari sisi sekitar Bait Suci.
Pembantaian pun terjadi…
Orang-orang dibantai di jalan sempit, di dalam rumah, bahkan yang bersembunyi di Bait Suci. Tak ada belas kasih, baik bagi bayi, orang tua, maupun kaum lemah. Bahkan ketika Herodes mencoba menghentikan pembantaian dengan perintah langsung, tidak ada yang mengindahkannya. Orang-orang Yahudi dan Romawi begitu dipenuhi kemarahan dan dendam. Di tengah kekacauan itu, Antigonus, sang raja yang sedang jatuh, keluar dari bentengnya. Ia bersujud di kaki Sosius, memohon nyawa. Tapi Sosius hanya menertawakannya dan mengejeknya sebagai “Antigona,” seolah ia bukan laki-laki sejati. Namun, Sosius tetap membelenggunya dan membawanya pergi sebagai tahanan, bukan sebagai pria... tapi sebagai pecundang.
Kini Herodes menghadapi tantangan lain. Ribuan tentara asing ingin melihat isi Bait Suci, tempat paling kudus bagi bangsa Yahudi. Herodes marah besar. Baginya, kemenangan ini akan terasa seperti kehancuran, jika tempat suci mereka dipermalukan. Maka ia mengusir para tentara itu—dengan bujukan, ancaman, bahkan kekerasan. Ia juga melarang penjarahan terhadap kota. Kepada Sosius, ia berkata pedas,
“Apakah kalian ingin menjadikanku raja atas padang gurun yang sudah kosong dari rakyat dan harta?”
Sosius membela diri, katanya tentara berhak mendapat jarahan atas penderitaan mereka selama pengepungan. Tapi Herodes bersumpah:
“Aku akan membayar semuanya dari uangku sendiri.”
Dan benar—Herodes membayar seluruh tentara Romawi, satu per satu. Bahkan para komandan dan Sosius sendiri diberinya hadiah luar biasa. Tak seorang pun pulang dengan tangan kosong. Setelah itu, Sosius mempersembahkan mahkota emas kepada Tuhan sebagai tanda syukur, lalu berangkat menuju Antonius... sambil membawa Antigonus yang kini terikat dan tak berdaya.
Sesampainya di hadapan Antonius, Antigonus dijatuhi hukuman mati. Kepalanya dipenggal dengan kapak, meskipun ia masih sangat ingin hidup, dan berharap bisa diselamatkan. Tapi kehinaannya—berlutut, menyerah, dan dianggap lemah—membuat kematiannya dianggap pantas.
Setelah Yerusalem berhasil direbut, Herodes mulai menata ulang kekuasaan. Ia mendekatkan orang-orang yang setia kepadanya, dan membantai mereka yang dulu memihak Antigonus. Namun, kerajaannya kini krisis keuangan. Herodes bahkan harus menjual semua perhiasan pribadinya demi mengirim uang kepada Antonius dan para petinggi Romawi.
Tapi masalah belum selesai—karena ada sosok licik yang kini mencampuri urusan kekaisaran: Ratu Mesir, Cleopatra.
Ia sangat cantik… dan sangat haus kekuasaan. Ia membunuh semua kerabatnya sendiri, hingga tak ada satu pun yang tersisa. Lalu, ia menebar fitnah kemana-mana—terutama kepada para bangsawan Suriah. Ia membujuk Antonius untuk membunuh mereka dan merebut wilayah mereka. Tak puas, ia ingin menguasai juga wilayah Yudea dan Arab, dan bahkan secara diam-diam merencanakan pembunuhan terhadap Herodes dan Malichus, raja Arab.
Antonius... pria perkasa itu kini seperti boneka di tangan Cleopatra. Meski ia tidak sampai membunuh Herodes dan Malichus, tapi ia tidak lagi memihak mereka seperti dulu. Ia merampas sebagian wilayah mereka dan memberikannya kepada Cleopatra, termasuk perkebunan pohon palem di Yerikho, tempat pohon balsam tumbuh, dan semua kota di sepanjang Sungai Eleutherus, kecuali Tirus dan Sidon. Cleopatra kini menjadi “majikan” wilayah-wilayah ini. Ia bahkan menyewa kembali beberapa wilayah dari Herodes, dengan bayaran 200 talenta per tahun!
Herodes mencoba meredam semuanya dengan memberikan hadiah besar kepada Cleopatra. Ia bahkan mengantarnya hingga ke Pelusium, memberinya kehormatan tertinggi, agar setidaknya kerajaannya tidak habis dipotong sedikit demi sedikit.
Tak lama kemudian, Antonius pulang dari ekspedisi ke Partia. Ia membawa tawanan bernama Artabazes, putra Tigranes, dan… memberikannya langsung kepada Cleopatra—lengkap dengan seluruh hartanya.
Inilah bab yang memperlihatkan betapa Herodes tidak hanya bertarung dengan pedang… tapi juga dengan strategi, uang, dan diplomasi.
Namun di balik semua itu, bahaya yang paling besar bukan selalu datang dari medan perang—kadang datang dari seorang wanita dengan kecantikan mematikan… bernama Cleopatra.
balik ke Daftar isi
Catatan: Anda sedang membaca cerita sejarah Perang Yahudi yg ditulis oleh: Flavius Josephus seorang sejarawan yang hidup di abad pertama Masehi (sekitar 37–100 M). Ia dikenal karena menulis karya-karya penting yang merekam sejarah Yahudi dan Rowawi, terutama yg sedang Anda baca ini: "The Jewish War" (Perang Yahudi) – tentang pemberontakan Yahudi melawan Romawi (66–73 M), termasuk kehancuran Bait Suci di Yerusalem oleh Jenderal Titus.

Komentar
Posting Komentar