[Cleopatra](3) Alexandria: Pusat Peradaban, Kota Paling Kaya & Pintar di Dunia Kuno!

 


  1. Di balik intrik dan kemewahan istana Ptolemeus, rakyat Mesir sebenarnya hidup dalam suasana yang berbeda. Kehidupan mereka berjalan damai dan tertib. Sungai Nil mengairi sawah-sawah setiap tahun, tanah yang subur menghasilkan panen melimpah, dan rakyat terbiasa bekerja keras. Bagi mereka, pekerjaan bukan sekadar kewajiban, melainkan obat bagi jiwa. Sebab mereka percaya, kemalasan hanya melahirkan keburukan, sementara kerja menjaga hati tetap lurus.

  2. Di tengah kemakmuran itulah, Alexandria tumbuh menjadi kota perdagangan terbesar di dunia kuno. Pelabuhan-pelabuhannya dipenuhi kapal dari segala penjuru—Suriah, Yunani, Asia Kecil, hingga Roma. Gandum dari Mesir disimpan di lumbung-lumbung raksasa, lalu diekspor ke negeri-negeri jauh. Suasana kota begitu hidup: pelaut bernyanyi sambil mendayung, para kuli sibuk membongkar muatan, pedagang menawar harga di pasar, dan kadang pasukan berbaris gagah dalam parade militer. Bahkan ketika istana dipenuhi perebutan takhta, para raja tetap menjaga agar roda perdagangan tidak berhenti—karena itulah sumber kekayaan mereka.

  3. Salah satu kebanggaan Alexandria adalah menara raksasa di Pulau Pharos. Mercusuar setinggi empat ratus kaki ini dibangun oleh Ptolemeus II Philadelphus. Dari jauh, siang hari ia tampak menjulang seperti tiang awan; malam hari, apinya bersinar bagaikan tiang api yang menuntun kapal. Arsiteknya, Sostratus, sengaja mengukir namanya secara tersembunyi di batu pondasi, agar tetap dikenang berabad-abad setelah Ptolemeus dilupakan. Mercusuar Pharos akhirnya dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno.

  4. Namun kejayaan Alexandria bukan hanya pada perdagangan dan bangunannya. Kota ini juga menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di sinilah berdiri sebuah museum besar—bukan museum seperti di zaman modern yang berisi benda mati, tetapi pusat penelitian dan pendidikan, tempat para ilmuwan bekerja dan berdiskusi. Di dalamnya ada perpustakaan raksasa. Mula-mula koleksinya empat ratus ribu gulungan kitab, lalu ditambah lagi di Serapion, kuil Serapis, hingga mencapai tujuh ratus ribu gulungan.

  5. Para raja Ptolemeus begitu terobsesi untuk memiliki seluruh buku di dunia. Caranya unik: setiap kapal yang singgah di pelabuhan Alexandria diwajibkan menyerahkan buku-buku yang dibawanya. Buku itu disalin di perpustakaan, salinannya dikembalikan, tetapi naskah aslinya tetap disimpan di Alexandria. Dengan cara ini, perpustakaan mereka tumbuh menjadi yang terbesar dan termasyhur di dunia kuno.

  6. Di pusat kota, berdirilah kuil megah Serapis. Patung Serapis yang disembah di dalamnya bukan buatan Mesir, melainkan berasal dari kota Sinope di Asia Kecil. Konon, Ptolemeus bermimpi bahwa patung itu harus dipindahkan ke Alexandria. Mula-mula penduduk Sinope menolak, tapi kelaparan memaksa mereka menukar patung itu dengan gandum dari Mesir. Maka, kuil Serapis di Alexandria pun menjadi salah satu bangunan suci paling megah di dunia.

  7. Kisah yang tak kalah terkenal adalah lahirnya Septuaginta, terjemahan Kitab Suci Yahudi ke dalam bahasa Yunani. Ptolemeus mendengar orang Yahudi memiliki kitab kuno yang sangat berharga. Ia ingin salinannya untuk melengkapi perpustakaannya. Untuk menyenangkan hati bangsa Yahudi, ia bahkan membebaskan seratus dua puluh ribu budak Yahudi di Mesir dan membayar tebusan dalam jumlah luar biasa besar. Setelah itu, ia mengirim utusan dan hadiah ke Yerusalem, meminta salinan kitab suci. Para imam di sana lalu mengirim tujuh puluh dua penerjemah, enam orang dari tiap suku Israel. Mereka bekerja di Alexandria, menerjemahkan Kitab Suci Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini kemudian disebut Septuaginta—yang artinya “tujuh puluh”—dan kelak menyebar ke seluruh dunia kuno.

  8. Namun di balik semua kemegahan itu, rakyat kecil Mesir menanggung beban berat. Pajak tinggi dipungut untuk membiayai istana, kuil, mercusuar, perpustakaan, dan semua proyek besar dinasti Ptolemeus. Di pinggiran Nil, rakyat jelata hidup di gubuk reyot, sementara di pusat Alexandria berdiri istana megah dari marmer dan emas. Kejayaan kota dibangun di atas penderitaan rakyat yang nyaris tak terdengar suaranya.

  9. Meskipun demikian, Alexandria tetap muncul sebagai pusat peradaban dunia kuno. Sebuah kota yang menjadi jantung perdagangan, mercusuar ilmu pengetahuan, dan lambang kemegahan kerajaan Ptolemeus. Hanya sedikit kota lain di dunia yang bisa menandingi pamornya—mungkin hanya Roma. Alexandria adalah bukti bagaimana sebuah kota, dengan semua kelebihannya dan semua kelemahannya, bisa mengubah wajah sejarah manusia.


balik ke Daftar isi

Catatan:
Anda sedang membaca cerita sejarah "Cleopatra"
Diadaptasi dari buku "Cleopatra" karya Jacob Abbott (1803–1879), public domain.
Versi terjemahan dan penyusunan ulang dilakukan agar lebih mudah dipahami pembaca.

Komentar

Terpopuler

[Jewish War](0.0) Perang Yahudi - Sejarah Kehancuran Yerusalem

[Jewish War](1.22) Pembunuhan Aristobulus dan Hyrcanus, Juga Tentang Mariamne Sang Ratu

[Jewish War](1.21) Kota-Kota Megah, Kemewahan Tanpa Batas, dan Kebesaran Herodes