[Jewish War] (1.2) Para Penerus Yudas: Dari Pengkhianatan hingga Nubuat Terakhir
Setelah gugurnya Yudas Makabe, kepemimpinan berpindah ke tangan saudaranya, Yonatan. Ia dikenal bijak, hati-hati, dan sangat berhati pada rakyatnya sendiri. Untuk menjaga kekuasaan, ia menjalin aliansi kuat dengan bangsa Romawi dan juga dengan Antiokhus, putra raja.
Namun... semua usaha itu tidak cukup untuk menyelamatkannya.
Wali Antiokhus yang kejam, Trypho, diam-diam berkhianat. Ia berpura-pura menjamu Yonatan di kota Ptolemais. Tapi di sana, Yonatan dijebak, ditangkap, dan diikat. Trypho langsung melancarkan serangan ke tanah Yahudi.
Namun Simon—saudara Yonatan—bangkit. Ia melawan dan berhasil mengusir Trypho. Namun karena kekalahan itu, Trypho membalas dendam dengan membunuh Yonatan.
Setelahnya, Simon mengambil alih pemerintahan. Ia bertindak berani.
Simon menaklukkan kota-kota penting: Gazara, Yope, dan Jamnia. Ia menghancurkan benteng musuh dan merebut garnisun mereka. Ia bahkan membantu Antiokhus melawan Trypho yang terkepung di Dora.
Namun, bukannya berterima kasih, Antiokhus justru mengkhianatinya. Ia mengirim jenderalnya, Cendebeus, dengan pasukan besar untuk menyerang Yudea.
Simon, yang sudah tua, tidak gentar. Ia sendiri turun ke medan perang, bersama anak-anaknya, dan memimpin pasukan dari dua arah. Di gunung-gunung, ia menyergap musuh, dan menang telak.
Karena kemenangan itu, Simon diangkat sebagai Imam Besar dan berhasil membebaskan Yahudi dari cengkeraman kerajaan Seleukus (Makedonia) —tepat 170 tahun setelah kekuasaan Seleukus dimulai.
Namun, pengkhianatan kembali datang. Kali ini dari orang yang dekat: Ptolemeus, menantu Simon sendiri.
Ptolemeus mengundang Simon ke sebuah pesta, lalu membunuhnya. Ia memenjarakan istri Simon dan dua anak lelakinya. Bahkan, ia mengirim orang untuk membunuh anak Simon yang lain, Yohanes, yang dikenal juga sebagai Yohanes Hirkanus.
Namun, Yohanes lebih cepat. Ia melarikan diri ke kota terdekat, percaya bahwa rakyatnya akan membela warisan ayahnya.
Dan benar—saat Ptolemeus mencoba memasuki kota melalui gerbang lain, rakyat menolaknya. Ptolemeus akhirnya mundur ke sebuah benteng dekat Yerikho yang disebut Dagon.
Yohanes tidak tinggal diam.
Ia mengepung benteng Dagon. Tapi Ptolemeus menggunakan cara keji: ia menyandera ibu dan saudara-saudara Yohanes, mengikat mereka di atas tembok benteng. Lalu di depan mata Yohanes dan seluruh pasukan, ia mencambuk mereka dan mengancam akan membunuh mereka jika pengepungan tidak dihentikan.
Yohanes diliputi dilema. Ibunya berteriak dari atas tembok, memohon agar Yohanes tidak menyerah demi dirinya. Ia rela mati, asal keadilan ditegakkan.
Tapi cinta Yohanes kepada ibunya terlalu dalam. Ia gemetar. Ia lemah. Dan pengepungan tertunda…
Tahun itu adalah tahun ke-7, tahun sabat Yahudi—saat di mana semua aktivitas, termasuk perang, dihentikan. Karena itu, Ptolemeus lolos. Ia membunuh ibu dan saudara-saudara Yohanes, lalu melarikan diri ke kota Philadelphia, ke penguasa bernama Zeno, si Cotylas.
Tak lama, Antiokhus kembali, marah atas perlawanan Simon. Ia mengepung Yerusalem dan memaksa Yohanes menyerah.
Tapi Yohanes melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya—ia membuka makam Raja Daud, dan dari sana mengambil 3.000 talenta perak, harta raja yang legendaris.
Dengan harta itu, ia menyuap Antiokhus agar menghentikan pengepungan. Dan berhasil.
Dialah orang Yahudi pertama yang punya cukup kekayaan untuk menyewa pasukan asing.
Saat Antiokhus pergi menyerang Media, Yohanes melihat peluang. Ia melancarkan serangan ke kota-kota Suriah.
Ia merebut Medaba, Samea, dan kota-kota sekitar Sikhem dan Gunung Gerizim. Ia bahkan menaklukkan bangsa Cuthean, yang tinggal di sekitar kuil tiruan Bait Suci Yerusalem.
Lalu Yohanes melanjutkan ke wilayah Idumea, merebut Adoreon dan Marissa.
Yohanes terus bergerak hingga ke kota Samaria, tempat yang kelak dibangun ulang oleh Raja Herodes dan dinamai Sebaste. Ia mengepungnya, dan mengirim dua putranya—Aristobulus dan Antigonus—untuk memimpin pengepungan.
Kelaparan parah terjadi di dalam kota, sampai-sampai warga makan apa pun yang bisa dimakan. Mereka meminta bantuan Antiokhus Cyzicenus, tapi ia dikalahkan oleh kedua anak Yohanes dan melarikan diri dan dikejar hingga ke Scythopolis.
Akhirnya, Samaria direbut, dihancurkan, dan penduduknya dijadikan budak. Dari sana, Yohanes melanjutkan ekspansi hingga Gunung Carmel, menghancurkan wilayah di sekitarnya.
Namun... kesuksesan itu menimbulkan iri hati di antara bangsa sendiri.
Beberapa orang bangkit melawan Yohanes dan anak-anaknya. Terjadi perang sipil. Tapi Yohanes tetap menang.
Ia memerintah dengan luar biasa selama 33 tahun. Ia meninggalkan lima putra, dan sepanjang hidupnya hampir tidak pernah mengalami kegagalan.
Ia adalah satu dari sedikit orang yang diberi tiga karunia tertinggi:
👉 Pemerintahan atas bangsa
👉 Imamat tinggi
👉 Dan... karunia nubuat. Ya, Allah sendiri berbicara kepadanya.
Sebelum wafat, Yohanes menubuatkan bahwa dua putranya tidak akan melanjutkan pemerintahannya. Dan seperti yang akan kita lihat nanti... nubuatan itu akan menjadi kenyataan.
balik ke Daftar isi
Anda sedang membaca cerita sejarah Perang Yahudi
yg ditulis oleh: Flavius Josephus seorang sejarawan yang hidup di abad pertama Masehi (sekitar 37–100 M). Ia dikenal karena menulis karya-karya penting yang merekam sejarah Yahudi dan Rowawi, terutama yg sedang Anda baca ini:
"The Jewish War" (Perang Yahudi) – tentang pemberontakan Yahudi melawan Romawi (66–73 M), termasuk kehancuran Bait Suci di Yerusalem oleh Jenderal Titus.
.jpg)
Komentar
Posting Komentar