[Cleopatra](7) Perang Alexandria: Caesar, Cleopatra, dan Api yang Membakar Dunia!

 


  1. Inilah kisah yang dikenal dalam sejarah Romawi sebagai Perang Alexandrine—perang besar yang melibatkan Julius Caesar dan Cleopatra, yang berlangsung di jantung kota Alexandria. Awalnya, Caesar hanya membawa pasukan kecil, sekitar tiga hingga empat ribu orang, dengan beberapa galai Rhodia. Tujuan awalnya hanya mengejar Pompey. Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan terjebak dalam perang besar di Mesir. Sebaliknya, Achillas, jenderal Mesir, memimpin pasukan raksasa: dua puluh ribu tentara veteran, ditambah dua ribu pasukan berkuda, budak-budak buronan yang nekat, serta prajurit dari berbagai negeri.

  2. Dengan kekuatan ini, Achillas maju mendekati Alexandria. Ia mengepung kota, menutup semua jalan keluar, dan membuat Caesar serta pasukannya terjebak di dalam. Bahaya yang dihadapi Caesar sangatlah besar. Tetapi, bagi sang jenderal Romawi ini, justru dalam keadaan berbahaya seperti inilah ia menemukan kebanggaan dan semangat baru—apalagi Cleopatra berada di sisinya. Cleopatra mengagumi keberanian Caesar, dan ia pun membalas dengan rasa cinta. Caesar seakan mendapat energi baru hanya untuk membuktikan diri di hadapan sang ratu.

  3. Langkah pertama Caesar adalah memperkuat posisinya. Ia memilih istana-istana dekat dermaga yang menuju Pulau Pharos. Semua senjata, amunisi, hingga perbekalan ia kumpulkan di sana. Jalan-jalan dipagari dengan barikade batu, rumah-rumah di sekitar dihancurkan untuk bahan bangunan, mesin-mesin perang dipasang, dan dinding-dinding diperkuat. Cleopatra menyaksikan langsung bagaimana sang jenderal Romawi ini mengubah kota menjadi benteng pertahanan.

  4. Namun ada masalah besar. Pulau Pharos—dengan mercusuarnya yang terkenal—masih dikuasai Mesir. Pulau ini sangat strategis karena mengontrol pintu masuk pelabuhan. Di sisi lain, banyak kapal Mesir berlabuh di pelabuhan. Jika semua jatuh ke tangan Achillas, Caesar akan terjebak total. Karena itu, Caesar mengambil keputusan berani: membakar kapal-kapal Mesir! Serangan kilat ini berhasil. Kapal-kapal terbakar, benteng di Pharos direbut, dan Cleopatra menyaksikan aksi heroik ini dari jendela istananya dengan rasa kagum.

  5. Namun, keberhasilan itu membawa malapetaka besar. Api dari kapal-kapal yang terbakar menyebar ke kota dan menghancurkan bagian besar Perpustakaan Alexandria—koleksi pengetahuan terbesar dunia kuno. Peristiwa ini menjadi luka sejarah yang tak pernah sembuh.

  6. Kekalahan ini juga menjadi akhir bagi Achillas. Arsinoë, adik Cleopatra, bersama kasimnya Ganymede, menuduh Achillas lalai. Ia pun dihukum mati. Sejak saat itu, Ganymede menjadi panglima perang Mesir. Ia dengan cepat membangun mesin-mesin perang baru, menara serbu, mengerahkan seluruh rakyat, dan menyebarkan propaganda bahwa jika Caesar tidak diusir, Mesir akan jatuh selamanya ke tangan Romawi.

  7. Salah satu langkah paling licik dari Ganymede adalah memutus pasokan air Caesar. Ia mengalihkan air laut ke saluran bawah tanah yang menyuplai benteng Caesar, membuat air menjadi asin dan beracun. Para prajurit panik, merasa mereka akan mati kehausan. Tetapi Caesar tidak menyerah. Ia memerintahkan pasukannya menggali sumur di setiap sudut. Dan benar saja—air tawar ditemukan. Prajurit yang tadinya putus asa kini bersorak lega.

  8. Tak lama kemudian, datang kabar baik: kapal-kapal pengangkut dari Romawi telah tiba di pantai barat, membawa perbekalan dan pasukan tambahan. Tetapi kapal itu tertahan oleh angin, hampir kehabisan air, dan dalam bahaya. Caesar sendiri turun tangan. Ia berlayar keluar dengan galai-galainya untuk menjemput mereka. Pertempuran sengit di laut pun terjadi, dan Caesar hampir kehilangan nyawa. Ia bahkan harus melompat ke air, berenang sambil menggigit jubah ungunya agar tidak jatuh ke tangan musuh. Namun, keberanian itu terbayar. Ia menang, membawa pulang kapal-kapal pengangkut, dan Cleopatra menyambutnya dengan sukacita yang penuh air mata.

  9. Dengan kekuatan barunya, Caesar menguasai Pharos, benteng-benteng, hingga kota kecil di pulau itu. Pasukan Mesir mulai goyah. Mereka bahkan mengirim utusan rahasia agar Ptolemeus, raja muda yang ditahan Caesar, dikembalikan untuk memimpin. Caesar mengabulkan. Namun bukannya damai, Ptolemeus justru melanjutkan perang.

  10. Tiba-tiba, keadaan berubah total. Pasukan sekutu Romawi dibawah Mithradates datang menyerang dari timur. Pertempuran besar terjadi, dan Ptolemeus tewas tenggelam saat melarikan diri. Dengan kematian Ptolemeus, perang pun berakhir. Caesar kembali ke Alexandria dengan penuh kemenangan. Arsinoë ditawan, sementara Cleopatra dinobatkan sebagai ratu.

  11. Namun kemenangan ini meninggalkan jejak buruk. Di Roma, Caesar dicaci karena dianggap mengabaikan kewajiban negara demi seorang wanita. Bahkan istrinya, Calpurnia, dipermalukan. Tetapi Caesar tidak peduli. Ia justru semakin dekat dengan Cleopatra. Dari hubungan itu lahirlah seorang anak, yang diberi nama Caesarion.

  12. Cleopatra kini semakin kuat dan semakin berani. Ia tak lagi peduli pada pendapat rakyat. Yang penting baginya hanyalah mempertahankan Caesar. Akhirnya, meski berat, Caesar kembali ke Roma, membawa serta Arsinoë untuk dipamerkan sebagai tawanan perang. Cleopatra tetap tinggal di Mesir, menjadi ratu, ditemani putranya. Tetapi pesona dan intrik antara dirinya dan Caesar telah meninggalkan jejak yang akan mengguncang sejarah dunia selamanya.


balik ke Daftar isi

Catatan:
Anda sedang membaca cerita sejarah "Cleopatra"
Diadaptasi dari buku "Cleopatra" karya Jacob Abbott (1803–1879), public domain.
Versi terjemahan dan penyusunan ulang dilakukan agar lebih mudah dipahami pembaca.

Komentar

Terpopuler

[Jewish War](0.0) Perang Yahudi - Sejarah Kehancuran Yerusalem

[Jewish War](1.22) Pembunuhan Aristobulus dan Hyrcanus, Juga Tentang Mariamne Sang Ratu

[Jewish War](1.21) Kota-Kota Megah, Kemewahan Tanpa Batas, dan Kebesaran Herodes