[Cleopatra](6) Cleopatra & Caesar: Cinta, Intrik, dan Pertumpahan Darah di Alexandria

 


  1. Sementara berbagai peristiwa menegangkan terjadi di Alexandria, Cleopatra berada dalam kebimbangan besar. Ia gelisah, penuh resah, dan hatinya diliputi kecemasan. Cleopatra sadar, hanya dengan kehadiran di depan Caesar-lah nasibnya bisa berubah. Namun, bagaimana caranya menuju Alexandria? Semua jalan darat dijaga tentara Pothinus. Jalur laut pun mustahil karena ia tak memiliki armada. Cleopatra tahu, tanpa tindakan berani, dirinya akan terlupakan.
  2. Akhirnya, ia memberanikan diri mengirim pesan kepada Caesar, meminta izin menghadap. Jawaban Caesar jelas: “Datanglah, aku menantimu.” Malam itu, Cleopatra bersama pelayan setianya, Apollodorus, menjalankan rencana paling berani. Tubuh Cleopatra digulung ke dalam sebuah karpet, dibungkus kain agar tampak seperti barang dagangan, lalu dipanggul Apollodorus melewati penjaga istana. Dengan berpura-pura membawa hadiah, ia lolos masuk, hingga akhirnya paket misterius itu diletakkan di hadapan Caesar. Saat karpet dibuka… Cleopatra yang muda, cantik, dan penuh pesona muncul. Caesar tertegun.

  3. Kecantikan Cleopatra memang memikat, tetapi keberanian dan kecerdasannya jauh lebih menawan. Malam itu, percakapan mereka berlangsung panjang. Cleopatra tampil penuh semangat, orisinal, dan memesona. Caesar—seorang jenderal besar berusia 52 tahun, yang telah menikah dengan Calpurnia di Roma—tidak mampu menahan pesona Cleopatra yang baru berusia 21 tahun. Sejak pertemuan itu, Caesar benar-benar jatuh hati.

  4. Cleopatra pun menemukan sesuatu yang tak pernah ia miliki sebelumnya: seorang pelindung. Ayahnya telah lama mengabaikan dirinya. Saudaranya—yang sekaligus suaminya, Ptolemeus XIII—hanyalah anak kecil yang menjadi boneka para pejabat. Semua menteri di istana membencinya. Kini, untuk pertama kalinya, Cleopatra merasa aman. Ia menyerahkan seluruh perjuangan dan masa depannya ke tangan Caesar.

  5. Namun, kabar kedatangan Cleopatra di istana membuat Ptolemeus murka. Sang raja muda mengamuk, merobek diademnya, melemparnya ke tanah, dan berteriak bahwa ia telah dikhianati. Ia menghasut rakyat, menuduh Cleopatra mempermalukan dirinya dengan menyerahkan diri kepada Caesar. Alexandria pun meledak dalam kerusuhan. Rakyat marah, jalanan penuh kekacauan, dan seruan untuk melawan Romawi bergema di seluruh kota.

  6. Caesar, dengan pasukan Romawi yang jumlahnya kecil, tetap tenang. Ia bahkan memerintahkan prajuritnya menangkap Ptolemeus! Dengan disiplin khas legiun Romawi, para prajurit menyerbu, menangkap raja muda, dan membawanya sebagai tawanan. Kerumunan rakyat tercengang. Untuk meredakan amarah mereka, Caesar muncul dari menara, berbicara dengan lantang dan penuh wibawa. Ia menegaskan dirinya bukan penjajah, melainkan pelaksana wasiat Raja Ptolemeus Auletes—ayah Cleopatra dan Ptolemeus.

  7. Wasiat asli dibacakan. Isinya jelas: Cleopatra dan Ptolemeus harus memerintah bersama sebagai raja dan ratu. Caesar pun menegaskan hak Cleopatra atas takhta. Untuk menenangkan rakyat, Caesar bahkan menawarkan kerajaan Siprus bagi adik-adik mereka: Arsinoë dan Ptolemeus kecil. Semua tampak puas… kecuali satu orang: Pothinus. Menteri licik ini tahu, jika Cleopatra berkuasa, hidupnya tamat. Diam-diam, ia mulai merencanakan pengkhianatan.

  8. Pothinus bersama jenderal Achillas menyusun rencana besar. Mereka memanggil pasukan Mesir dari Pelusium—30.000 orang!—untuk menggempur Alexandria. Achillas berhasil lolos dari pengawasan dan bergerak cepat memimpin pasukan. Dua utusan yang dikirim Caesar untuk menghentikan mereka malah dibunuh secara kejam. Achillas maju dengan brutal, membawa puluhan ribu pasukan menuju ibu kota.

  9. Caesar sadar kota akan segera diserang. Dengan pasukan kecilnya, ia memperkuat istana, membarikade jalan, dan meminta bala bantuan dari Suriah, Siprus, dan Rhodes. Cleopatra tetap berada di sisinya, tetapi Ptolemeus jelas lebih condong mendukung Achillas. Sementara itu, Pothinus berpura-pura setia di istana, padahal diam-diam mengirim pesan rahasia ke Achillas. Pengkhianatan ini akhirnya terbongkar setelah seorang tukang cukur curiga dan melaporkannya. Surat-surat rahasia Pothinus tertangkap, dan ia pun dipenggal!

  10. Namun, drama tidak berhenti di situ. Arsinoë, adik Cleopatra, bersama pengawalnya Ganymede, melarikan diri dari istana dan bergabung dengan Achillas. Tentara Mesir segera menobatkannya sebagai ratu! Kini Alexandria terbelah. Di satu sisi: Cleopatra, didukung Caesar dan legiun Romawi. Di sisi lain: Arsinoë, yang berdiri bersama Achillas dan puluhan ribu pasukan Mesir.

  11. Ptolemeus muda sendiri tetap berada dalam cengkeraman Caesar—bingung, terombang-ambing, tak tahu siapa yang seharusnya ia dukung. Situasi ini menjadi awal dari perang besar yang bukan hanya menentukan siapa penguasa Mesir… tetapi juga nasib Cleopatra, Caesar, dan bahkan masa depan dunia!


balik ke Daftar isi

Catatan: Anda sedang membaca cerita sejarah "Cleopatra" Diadaptasi dari buku "Cleopatra" karya Jacob Abbott (1803–1879), public domain. Versi terjemahan dan penyusunan ulang dilakukan agar lebih mudah dipahami pembaca.

Komentar

Terpopuler

[Jewish War](0.0) Perang Yahudi - Sejarah Kehancuran Yerusalem

[Jewish War](1.22) Pembunuhan Aristobulus dan Hyrcanus, Juga Tentang Mariamne Sang Ratu

[Jewish War](1.21) Kota-Kota Megah, Kemewahan Tanpa Batas, dan Kebesaran Herodes